Terimakasih Butet Owi

Finally Indonesia mendapatkan medali emas pertamanya di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Big thanks to Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir a.k.a Butet Owi pasangan ganda campuran yang paling keceee. Indonesia pasti bangga banget bisa kembali mengukir prestasi "emas" di olimpiade cabang bulutangkis. Harapan terakhir Indonesia buat ngedapetin medali emas akhirnya terwujud bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 71.

Satu-satunya cabang yang paling seneng gw ikutin perkembangannya adalah bulutangkis. Pas Sea Games 2011, tepatnya 5 tahun yang lalu, gw pertama kalinya berkesempatan nonton final bulutangkis secara langsung. Gw nonton Sea Games bareng temen gw, Ajeng yang pernah gw ceritain disini. Sampai sekarang, gw belom pernah lagi nonton bulutangkis secara live. Bangga juga bisa ngeliat langsung salah satu momen Butet Owi ngedapetin emas karena menang atas Thailand. Rasanya haru ya ngeliat kesenangan mereka, ngeliat merah putih letaknya paling atas, nyanyiin lagu Indonesia Raya bareng. Menang di negeri sendiri aja rasanya udah seseneng itu apalagi di negeri orang. Bangganya berkali-kali lipat pasti. Ahhh pokoknya selamat buat Butet Owi. Sekali lagi terimakasih atas kerja keras kalian buat mengharumkan nama Indonesia. Terimakasih telah menumbuhkan rasa nasionalisme untuk kita semua. Kami, Indonesia, Bangga punya kalian!!! I D I D I D

Pendidikan di Indonesia Belum Merdeka

Seperti yang sudah kita ketahui, tertanggal 17 Agustus 2016, Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah merdeka selama 71tahun. Kemeredekaan bukan hanya berarti Indonesia sudah lepas dari penjajahan, tetapi kemerdekaan bangsa juga berarti kemerdekaan seluruh rakyatnya dari segala bentuk eksploitasi, kebodohan, ketertinggalan, dan ketidakadilan. Kemerdekaan merupakan hak segala bangsa termasuk dalam bidang pendidikan. Lalu, bagaimanakah kondisi pendidikan di Indonesia saat ini? Apakah sudah dapat dikatakan merdeka?

Sumber: google.com

Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia cukup memprihatinkan. Berbagai masalah masih ditemui di dunia pendidikan seperti perbedaan kurikulum, fasilitas yang kurang memadai, mahalnya biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Masih banyak anak bangsa yang belum mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya. Perbedaan antara pendidikan di kota dan di desa bisa dibilang cukup signifikan. Padahal mereka yang di desa memiliki hak yang sama dengan mereka yang di kota.

Fasilitas untuk menunjang pendidikan di kota sudah cukup memadai seperti komputer, internet gratis, buku yang lengkap, serta pengajar yang berkualitas. Sementara di desa terpencil, fasilitas tersebut belum bisa didapatkan sehingga masih banyak anak-anak yang buta huruf, gagap teknologi, dan gagal memahami apa yang dipelajari. Perbedaan fasilitas tersebut juga dapat menghambat proses pelaksanaan kurikulum yang sampai sekarang masih terus diseusaikan dengan keadaan di Indonesia, sehingga anak-anak di desa terpencil tidak mampu menyesuaikan pemahamannya dengan anak di kota. Dari hal tersebut kita bisa melihat adanya ketidakadilan antara desa dan kota yang dapat menimbulkan kebodohan dan juga ketertinggalan.

Keadaan tersebut menimbulkan keinginan para orang tua untuk bisa menyekolahkan anaknya di kota. Sayangnya, biaya yang dibutuhkan untuk menempuh pendidikan di kota bisa dibilang cukup mahal, sehingga hanya sebagian orang saja yang dapat merasakan indahnya menempuh pendidikan di kota. Ketidakmerataan ini membuat kaum yang lemah menjadi korban dari modernisasi yang kuat, bahkan bisa membuka lebar kesempatan untuk mengeksploitasi dari kaum yang kuat.

Jadi, untuk saat ini, kondisi pendidikan di Indonesia masih belum bisa dibilang merdeka. Pemerintah masih harus berperan lebih banyak untuk mewujudkan kemerdekaan di bidang pendidikan dengan menyamaratakan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Selain pemerintah, kita juga bisa membantu proses meraih kemerdekaan tersebut dengan menjadikan diri kita sebagai fasilitator atau pengajar yang berkualitas untuk generasi selanjutnya, sehingga di masa yang akan datang seluruh masyarakat Indonesia bisa merdeka karena sudah bebas dari kebodohan dan ketertinggalan.

**

Tugas Individu MPA FIP UNJ 2016

Raudya Valya - PGPAUD

Mendapatkan Yang Terbaik

Hoalaa akhirnya masa-masa menunggu hal yang tidak pasti selesai juga dengan akhir yang pasti. Semua proses dari mulai UTS, UAS, Ujian Praktek, UN, TO di bimbel dan sekolah, Ujian SBMPTN, dan Ujian Hidup Sementara sudah dijalani. Dari belom sadar ga belajar sama sekali, terus belajar dikit, abis itu sok-sok belajar banget biarpun yang masuk dikit. Dari sekolah terus, gabut, bolak-balik ke tebet tiap hari, jadi pengangguran juga udah. Hmmm. Sampai akhirnya seorang Raudya mendapatkan yang terbaik dari proses itu semua.

Dimulai dari SNMPTN.
Jadi, snmptn itu jalur buat masuk ke universitas yang di seleksi pakai nilai rapot dan juga prestasi kita baik di sekolah, maupun luar sekolah. Katanya sih nilai rapot kita harus selalu naik dan bagus banget deh kalo mau masuk jalur undangan. Tapi kenyataannya ya engga. Waktu awal menentukan jurusan, gw pengen banget masuk Komunikasi UI. Tapi lama-lama gw gamau masuk UI karena menurut guru bimbel gw yang 98% anak UI, di UI itu kita harus bener-bener belajar sama aktif. Yaiya sih secara UI itu yang terbaik di Indonesia. Gw gamau karena menurut gw, gw udah capek belajar yang ngambis. Tolong perbuatan yang tadi jangan ditiru ya. Terus, di sekolah gw, buat ke Komunikasi itu banyak saingannya. Selain ningkatin nilai, kita juga harus meminimalisirkan pesaing kita biar peluangnya lebih besar. Selain itu, angkatan diatas gw belom pernah ada yang tembus ke Komunikasi UI. Oke akhirnya gw nyari jurusan yang gw banget. Ketemulah TV&Film di Unpad. Gw jadi pengen banget masuk situ karena satu-satunya PTN yang nyedian jurusan itu ya cuma di Unpad. Sayangnya, Unpad berada di wilayah jabar dan "masih memprioritaskan putera daerah". Yaudahlah gapapa namanya juga usaha akhirnya gw nyoba masukin TV Film Unpad sebagai pilihan gw di SNMPTN. Gw cuma milih satu jurusan karena SNMPTN itu sangat mempertimbangkan banyak hal. Sempet terpikir PG. Paud dan yang tau hal ini cuma gw. Terpikir juga Psikologi UNJ tapi, waktu itu gw bener-bener gamau banget di UNJ. Tibalah pemilihan 75%, ngedaftarin jurusan, proses seleksi, sampai akhirnya pengumuman tiba.

9 Mei 2016
Paginya gw bimbel dulu di BTA45, tempat yang setahun terakhir lebih gw sayang daripada sekolah. Pulang ke rumah jam 12 siang. Pengumuman jam 1 siang. Gw buka web pengumuman dengan kesabaran penuh karena loadingnya super lama. Tiba-tiba muncul Line dari Assyifa "Gimana rau? Aku engga nihh". Abis Linenya Assyifa masuk webnya kebuka dan ternyata gw TIDAK LOLOS SELEKSI SNMPTN 2016.

Catatan Kasih Tentang Sop Iga

Berakhir sudah perjalanan untuk menyelesaikan wajib belajar selama 12 tahun. Tiga tahun terakhir yang gw selesaikan di SMAN 67 Jakarta. Tiga tahun yang indah. Tiga tahun yang tak mudah dilupakan begitu saja. Dan mereka menjadi salah satu bagian untuk menghabiskan masa tersebut.

Awalnya mereka ga solid. Awalnya mereka ga asik. Awalnya mereka ga rame. Awalnya mereka aneh. Awalnya mereka ga kompak. Awalnya mereka sepi. Awalnya mereka ga care satu sama lain. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka berubah menjadi hal yang bisa menjadi kenangan tersendiri. Mereka bisa kalian sebut SOP IGA :)

2 dari 3 tahun selama SMA, merekalah yang mengisi hari-hari gw di kelas. Dari wali kelas Bu Yuli sampe Frau Neni. Dari masalah nitikin lembar jawaban sampe lempar-lemparan hydrogel. Dari kelasnya di bawah sampe kelasnya di atas. Dari yang berponi sampe memakai hijab. Dari nanem padi sampe bikin pecel. Dari ketua kelasnya Idrus sampe ketua kelasnya Bejo. Dari ada Azura sampe ada Iqbal. Dari 10 IPS 4 sampe 11 IPS 3.

Transportasi Online? Akusih Yes.

Hari selasa tanggal 22 Maret 2016 beberapa sarana transportasi kaya taksi, angkot, bajaj, bus, dan kopaja ngelakuin demonstrasi untuk menolak adanya transportasi berbasis Online karena mereka menanggap bahwa transportasi online itu ilegal dan merugikan mereka.

Gambar: liputan6.com

Awalnya demo ini nunjukin banget kekompakkannya tapi lama-lama jadi anarkis. Bahkan rumornya, aksi demo ini didalangin sama perusahaannya sendiri. Awalnya mereka (para supir taksi burung biru) nyuruh temennya yang bawa penumpang buat nurunin penumpangnya secara paksa biar temennya itu bisa ikut demo. Terus mereka juga nginjek-nginjek mobil temennya yang gamau ikut demo sampe-sampe ngerusakin kacanya. Terus mereka juga mukulin abang-abang gojek, perang batu, dan hal lainnya yang serem juga. Seru sih ngeliatnya tapi itu udah ga berperikemanusiaan banget. Sebagai seorang pelajar yang suka pulang sekolah naik gojek, gw merasa kesel dan kasian ngeliat abang gojek dipukulin. Di postingan sebelumnya gw bilang kalo gojek itu penyelamat hidup gw. Masa iya gw tega ngeliat penyelamat hidup gw dipukulin -_-

Gambar: sumsel.tribunnews.com

Last Year, I'm (17th) Legal

Gatau kenapa akhir-akhir ini seorang Raudya jadi sangat malas untuk menulis. Padahal, postingan tentang ulang tahun ini harusnya terbit di tahun yang sama pas gw ulang tahun. Tapi, apa boleh buat. huft.

Setahun yang lalu tepatnya tahun 2015, gw menginjak umur 17 tahun. Bisa dibilang 17 tahun itu usia peralihan kita menjadi seorang yang lebih dewasa. Aseeek dewasa dewasa aku sudah dewasa yeay!!!
Tapi kenyataannya, gw ga ngerasa ada sesuatu yang berbeda di usia 17 tahun ini. Ya sama aja kaya sehari sebelumnya dimana usia gw masih 16 tahun. Bedanya sekarang gw udah punya KTP. Kartu Tanda Penduduk. Tapi belum terasa juga sih manfaat KTPnya. Sampe sekarang KTP itu masih jadi pajangan doang di dompet gw. Yaaa masih ga lebih berhaga dari kartu food court sama timezone.

Oiya di ulang tahun ke 17 ini gw ngerasa beda sama ulang tahun yang lainnya. Beda bukan karena gw ngerayain di hotel dan pake dress. Gw bukan tipe orang-orang yang suka ngerayain ulang tahun dengan meriah. Sempet ditawarin sama bokap "mau dirayain ga?" terus gw jawab "gausah lah". Tahun ini, gw ga traktir temen-temen gw kaya biasanya. Gatau kenapa. Apalagi setiap tanggal 9 februari itu bertepatan sama musim hujan. Terus Nyokap juga lagi ngelaksanain ibadah umroh jadinya kerasa sepi aja. Gw cuma nerima ucapan seperti biasanya dan ada beberapa kado juga yang sampe saat ini masih belum gw keluarin dari bungkusnya.